Nov 26, 2014

Keikhlasan

Saudariku sayang...
Ibnu Qayyim pernah berkata,
"Jika kamu melihat keikhlasan dalam perbuatan ikhlasmu, maka keikhlasanmu harus di ikhlaskan lagi." 
Masya Allah, itu sebagai isyarat bahwa ikhlas itu bukan perkara mudah dan dia ada dalam wilayah hati. Jika bicara hati, maka hati itu ada dalam kendali Rabb. Bahkan kita pun tidak akan pernah bisa mengetahui atau mengendalikan hati kita. Itu sebabnya doa yang diajarkan Rasul adalah, "yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbi 'ala diinika, tsabbit qolbi 'ala tho'atika." (Wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku dalam agamaMu, teguhkan hatiku dalam taat padaMU)

Saudariku sayang...
Ikhlas itu bab kita untuk berupaya melakukannya tapi bab Allah untuk menilainya. Kita takkan pernah bisa tahu apakah kita ikhlas atau tidak. Bahkan ibnu qayyim menegaskan dalam perkataannya tadi, saat kita mengetahui bahwa kita sudah ikhlas, justru pada saat itulah kita belum ikhlas. Jadi urusan kita adalah terus beramal.

Jika ada bisikan setan yang mengganggu dan membuat kita riya atau seakan-akan riya, maka jangan berhenti dari kebaikan itu, tapi iringi dengan istighfar. Itu sebabnya Islam mengajarkan kita untuk beristighfar setiap selesai melakukan kebaikan, bahkan selesai shalat, setelah salam yang pertama kali disunnahkan untuk diucapkan adalah "astaghfirullaha 'adzim". Karena boleh jadi dalam kebaikan itu ada saja kotoran-kotoran yang bisa merusaknya. Maka hapus kotoran itu dengan istighfar.

Jika kita tidak jadi beramal soleh karena takut riya, itu juga riya. Umar RA pernah menyampaikan jikalau kita dalam kondisi takut riya dalam beramal, tetaplah beramal disertai istighfar. Fudhail Bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan ikhlas adalah Allah menyelamatkanmu dari keduanya”
Implementasinya yang pasti tetap beribadah, disertai istighfar dan terus luruskan niat karena Allah. Sering orang merasa dalam dirinya, "saya ikhlas", "insya Allah ikhlas". Justru ketika itu terjadi tandanya kita belum ikhlas. Itu sudah masuk ke dalam wilayah Allah. Wilayah kita beramal sambil berupaya mengikhlaskan diri.

Tapi apakah benar ikhlas/tidak, hanya Allah yang tahu, dan jangan berupaya mencari tahu. Banyak istighfar dan berdoa pada Allah agar semua amalan kita bernilai pahala dan jadi pengundang rahmat Allah. Karena Rahmat Allah itulah yang menyebabkan kita masuk surga. Itu sebabnya ada doa "Allahumma taqobbal minna, sholatana, wa shiyamana, wa qiyamana, wa ruku' ana, wa sujudana, ........". Setelah itu, kita serahkan semuanya pada Allah.

Dan Katakanlah: "
Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(At Taubah: 105) 

Saudariku sayang...
Kita menyulam ukhuwah bersama, ada bagian hati yang hilang saat dirimu tak berkabar. Bagaimana keadaanmu? Sehatkah? Sedang tersenyum atau menangiskah? Sedang lapangkah atau tengah berat bahumu? Bukankah kita sebagai saudari saling membangun dan saling mengingatkan. Kami mencintaimu karena Allah sayang.

Apa yg lebih indah selain kita dapat memandang Wajah Rabb bersama-sama. Apa yang lebih indah dari mencintai dan menyayangi karena Allah. Bahkan Rabb menjanjikan sebuah naungan arsy. Dipadang mahsyar nanti bagi yg saling mencintai karena Allah.

Saudarimu yang sangat menyayangimu karena Allah.




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

No comments:

Post a Comment