Showing posts with label relationship. Show all posts
Showing posts with label relationship. Show all posts

Sep 9, 2014

Menjadi Menantu Idaman

Resume kopdar #8 oleh Ibu Sinta Yudisia (Ibu 4 orang anak, psikolog, penulis) 

Hmm... Materi ini terdengar berat ya? Karena memang seringkali menjadi momok bagi perempuan di Indonesia ketika ia berposisi menjadi seorang menantu. Rasanya lebih mudah jika berbicara menjadi istri atau ibu idaman dari pada menjadi menantu idaman. Tapi tenang saja, segala sesuatu meski tidak ada sekolahnya tetap bisa kita pelajari. Termasuk belajar bagaimana menjadi menantu idaman. Karena sejatinya hidup adalah untuk belajar.  ^_^ 

Yang perlu diingat, kita hidup di Indonesia yang setiap peran tidak terlepas dari budaya ketimuran kita. Kita bisa mengamati perbedaan penekanan budaya dari sebuah film. Pada film-film India, misalnya, hatta diwarnai tarian dan nyanyian, semua tokohnya termasuk tokoh antagonisnya juga akan digambarkan b agaimana mereka berbakti  kepada orang tua. Begitu juga saat genre film tersebut action. Pada film Korea,  hampir setiap filmnya menekankan hubungan  kekeluargaan, meski genre-nya 'romantis'. Sedangkan untuk film hollywood menekankan kebebasan pilihan hidup, sisi personal satu tokoh saja.

Nah tentu saja menjadi 'menantu' di Indonesia tidak bisa lepas dari budaya 'ikatan kekeluargaan yang kuat'. Atau bisa diartikan, menjadi menantu perempuan di negara-negara Timur atau di Indonesia ini sangat berat. Hehehe

Untuk menjadi menantu, istri dan ibu memang tidak ada sekolahnya, seperti yang disebutkan di awal tadi, namun kita bisa belajar dengan sharing bersama orang lain. Salah satunya dari nenek saya.

Saat itu saya pernah bertanya kepada Beliau. Nek, apa sih tipsnya biar bisa jadi menantu yang baik? Beliau menjawab :  kuncinya cuma satu :  sabar. Sabar di sini bukan berarti hanya pasrah, di injak-injak diam saja seperti sinetron kita yang hanya menangis saat teraniaya hehe. Bukan demikian, namun seperti kata tokoh politik Anis Matta, sabar adalah terus maju dengan beban yang ada dan mencari cara untuk mengatasinya. Salah satu aplikasi sabar adalah jika mertua berbicara maka menantu mendengarkan. Banyak cara yang bisa kita lakukan terkait hal ini. Misal coba tanyakan kepada ibu mertua kita tentang  anak beliau, tentang keluarga, tentang masa lalu beliau saat bertemu dengan bapak mertua, dsb. Selain itu kita juga bisa mencoba konsultasi masalah resep. Meskipun kita bisa googling di internet, tapi percayalah, mereka akan merasa dihargai sekaligus senang saat dimintai petunjuk seperti ini. Biasanya ibu mertua ditakdirkan berbeda dengan kita dan ibu kita. Entah dari kebiasaan, kemampuan, dsb. Ini menjadi tantangan untuk kita agar bisa belajar dan beradaptasi menjadi menantu yang baik. ^_^

Tips kedua ialah mempunyai prinsip. Untuk masalah yang prinsip misalnya pengelolaan keuangan, kita boleh tetap bertahan dengan keinginan kita hanya saja tetap menggunakan cara yang tidak merugikan salah satu pihak. Buatlah kesepakatan-kesepakatan. Ingat, karena anak laki-laki adalah hak ibunya sehingga ridho mertua akan mempengaruhi kehidupan dan kebarakahan keluarga kita. Masalah keuangan adalah hal yang paling sensitif. Terlebih jika suami atau kita masih punya tanggungan membiayai adik-adik. Buatlah kesepakatan suami istri mengenai nominal uang yang dialokasikan untuk membantu keluarga masing-masing. Takar sesuai kemampuan. Jangan berniat membantu tapi sampai kita sendiripun terlilit hutang karenanya. Takar sesuai kemampuan. Karena saat telah berkeluarga, akan banyak pengeluaran yang tak terduga dan harus segera diselesaikan, misal pengobatan saat anak sakit. Sebaiknya saat masih bujang, wanita hendaknya rajin menabung, karena di masa kritis keuangan saat menikah nanti kita bisa membantu meringankan beban suami. Misal saat butuh uang untuk biaya kontrakan atau membeli rumah baru, dsb. Hal ini juga bisa meningkatkan harga diri kita di depan suami In syaa allah. Di Indonesia, masih kental stigma bahwa jika ada sesuatu yang kurang benar dengan rumah tangga anak laki-lakinya maka mertua akan mempertanyakan bagaimana menantunya. Misal cucian baju tidak bersih, setrikaan tidak rapi atau bahkan kehabisan uang pasti akan ditanyakan bagaimana 'istrinya'. Masing-masing kita pasti memiliki kekurangan, tak apa, tonjolkan saja kelebihan kita. Bisa jadi kita tidak jago dalam urusan mencuci, tapi kita mahir dalam urusan dapur. Tidak selamanya mertua akan melihat kekurangan kita, apalagi sampai membicarakannya di depan umum. Asal kita pun punya kelebihan yang bisa beliau banggakan dari kita, menantunya. 

Tips ketiga ialah shalat malam. Ceritakan permasalahan kita kepada Yang Maha Berkuasa atas segalanya. Terkadang ada permasalahan yang tidak bisa kita ceritakan kepada suami. Tapi kita bisa ceritakan kepada Allah. Jangan sampai dengan menceritakan masalah kita (tentang mertua) justru kita malah mengadu domba anak dengan ibunya. Meski menjadi menantu merupakan momok bagi kita namun kita bisa terus belajar dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan mertua, membuat kesepakatan mengenai sistem keluarga bersama suami, dan sebisa mungkin segera mandiri, tidak serumah dengan mertua (kecuali alasan-alasan mendesak seperti orang tua sedang sakit dan tidak ada yang merawat, dsb). Meski kalau harus serumah masih bisa disiasati dan mengalah untuk menang. Yang akan diingat mertua bukanlah hal-hal besar yang kita beri namun justru hal- hal kecil yang sederhana namun penuh ketulusan dan perhatian. Cari tahu saja apa yang mertua suka, dan berikan. Asal masih sesuai kemampuan. Hubungi mertua setidaknya sebulan sekali dan tanyakan kabarnya, apakah sehat, sedang apa, masak apa dsb. Hal-hal ringan dan sederhana yang bisa kita lakukan agar semakin akrab dengan mertua.

Q : Bagaimana jika tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga calon suami ada di bawah kita? Bagaimana jika latar belakang agama kedua keluarga tidak sama? 
A : Pasti kita butuh belajar beradaptasi ya. Lihat kebiasaan-kebiasaannya dan pelajari. Cari jalan tengah. Jangan terlalu memaksakan kebiasaan kita agar diterima langsung sekejap mata. Untuk masalah perbedaan latar belakang agama, jangan terlalu menonjolkan sisi-sisi yang masih menjadi perdebatan. Banyak hal yang sama dan berjalan harmoni. 

Q : Bagaimana dengan mertua yang membanding-bandingkan menantu?
A : Bersiaplah untuk dibandingkan. Karena membandingkan antar menantu hampir pasti terjadi di kalangan mertua-mertua Indonesia. Kenali kelebihan, dan tonjolkan. Tak perlu berusaha mati-matian menjadi sosok menantu idaman seperti harapan mertua. Bisa lelah lahir batin. Sehebat-hebat kita berusaha, pasti akan dibandingkan. Saat mertua berbicara kepada kita dan membanggakan menantunya yang lain, di lain kesempatan bisa jadi kita juga akan dibanggakan di depan saudara ipar kita. 

Q : Jika kita posisinya masih sebagai calon menantu, apa yang bisa kita lakukan? 
A : Ingat harga diri, jangan terlalu sering berkunjung ke keluarga calon suami. Kalaupun berkunjung, jangan sendirian.

Q : Bagaimana teknik komunikasi yang cantik dengan mertua, agar tidak membuat beliau sakit hati atau justru membuat kita jadi menantu durhaka? Misal mengkomunikasikan masalah hal-hal prinsip yang tidak sepaham, tentang masalah kesehatan anak.
A : Bagaimanapun, menantu statusnya adalah inferior. Jadi jika ingin memberi nasehat, sebisa mungkin bukan dari lisan kita. Misal masalah asi eksklusif bagi bayi 0-6 bulan atau masalah minum jamu-jamuan setelah melahirkan, bisa kita siasati dengan mengajak beliau saat imunisasi/ periksa si kecil ke rumah sakit. Bisa kita tanyakan ke dokter terkait hal ini dan biarkan mertua kita mendengarnya langsung dari ahlinya. Untuk hal-hal yang khawatir syirik semisal harus ada gunting di bantal anak bayi dsb, ikuti saja tanpa niat syirik sambil perlahan-lahan kita komunikasikan. Ada seni dalam berdakwah. Bukan dengan langkah-langkah ekstrim yang justru membuat subyek dakwah kita antipati. 

Q : Bagaimana dengan ide mengkomunikasikan masalah kita lewat lisan suami? Pasti lebih mudah berkomunikasi dengan anak kandung sendiri.
A : Ada kalanya bisa kita lakukan, ada kalanya juga sebaliknya. Jangan terlalu sering, kita usahakan dulu komunikasikan sendiri. Karena tipe komunikasi laki-laki dan perempuan tidak sama. Misal kita akan mengkomunikasikan pola pengasuhan anak, ternyata bahasa yang dipakai suami kurang tepat seperti : sudah deh bu, jangan ikut campur. Ini kan keluargaku. Ini anakku. Hati-hati. Karena suami cenderung akan membela istri. Khawatir bahasa yang dipakai kurang tepat dalam mengkomunikasikan masalah yg sedang dihadapi.

Q : Kalau mertua marah bagaimana? 
A : Orang timur suka orang yang sopan. Jangan bersuara lebih keras dari mertua. Jika mertua marah, diam dan dengarkan saja

Q : Bagaimana kalau menitipkan anak pada kakek neneknya? 
A : Perlu diwaspadai, kadang kala kakek nenek juga bisa jadi ancaman karakter bagi anak. Mungkin aman dari sisi fisik, tidak akan dianiaya dsb, tetapi seringkali yang muncul adalah perbedaan prinsip dalam pola pengasuhan anak. Karena terlalu sayang pada cucu dan tidak mau repot akhirnya apa yang diminta sang cucu akan diberi. Bisa jadi juga karena faktor usia dan mereka telah lelah. Tanyakan kepada mereka sejauh mana kesanggupan mereka dititipi anak-anak kita. Buat pembagian tugas. Sebaiknya di tahap golden age (0 - 5 tahun) anak memang berada dalam pengasuhan tangan ibu sendiri. Jika ingin berkarir di luar rumah bisa menunggu saat anak telah melewati masa golden agenya.




shared at WhatsApp family 2b WOW chapter 22
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Aug 16, 2014

Romantisku, Romantismu!

Romantis itu…
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.

Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.

Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal.”

Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.

Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang.

Romantis itu…
Ketika syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menu sederhana, nikmat begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.

Romantis itu…
Ketika suami istri kompak mengajar anak mengaji. Meski telah ada TPQ, sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggungjawab mencetak generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang mendoakan sang orang tua, saat perpisahan selamanya telah tiba masanya.

Romantis itu…
Ketika sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah di malam hari. Untuk mengaji, atau aktifitas dakwah dan tarbiyah. Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya, juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya..




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Aug 14, 2014

Kisah Pernikahan Mario Teguh

Saat kami menikah lebih dari 20 tahun yang lalu, Ibu Linna berhenti dari jabatannya sebagai Direktur di sebuah perusahaan, dan saya mengundurkan diri dari jabatan sebagai Vice President di Bank. Kami memutuskan untuk memulai kehidupan baru dari kebersamaan yang total; dia hidup untuk saya, dan saya hidup untuknya. Terdengarnya lebay, tapi kami tidak bisa membayangkan kehidupan lain yang tidak sepenuhnya untuk kebahagiaan satu sama lain. 
Ibu Linna belajar dan bekerja di San Francisco, sampai lulus MBA dalam Corporate Finance pada usia 22 tahun, dan berhasil memiliki dua rumah di Daly City – San Francisco. Dia menjual kedua rumahnya, dan menyerahkan semua uangnya kepada orang tuanya. Saat kami bertemu di Jakarta, saya langsung tahu mengapa Tuhan menjadikan saya laki-laki yang selalu diabaikan oleh wanita. Ternyata saya disimpan untuk wanita ini. (sambil kibas rambut) 
Kami menikah dengan perjanjian untuk saling berterima-kasih atas yang kami lakukan bagi satu sama lain, untuk saling memuji kebaikan satu sama lain, untuk selalu mengingatkan satu sama lain jika ada yang tidak sesuai bagi kebersamaan kami, untuk minta maaf kalau salah satu menuntut yang lainnya untuk minta maaf (dan bisa diduga siapa yang paling sering dituntut untuk minta maaf, saiyyaa !!!). 
Kami tegas berjanji bahwa kalau ada yang selingkuh, siapa pun dari kami, kami akan langsung berpisah. 
Kemudian kami menikah dalam kesederhanaan, karena saya mengundurkan diri dari Bank dengan membayar kembali semua uang fasilitas yang belum sepenuhnya menjadi hak saya (mengundurkan diri sebelum masa kontrak selesai), dan Ibu Linna tidak suka menerima bantuan dari orang tua.  
Banyak sekali orang yang mencela Ibu Linna, kok mau-maunya lulusan luar negeri hanya mengurusi Pak Mario, ke mana-mana ikut Pak Mario, rugi dong? Tapi Ibu Linna, seperti wanita pada umumnya, adalah investor masa depan. Dia bisa melihat ‘potensi’ pada laki-laki yang dicintainya. (kembali kibas rambut) 
Sekarang, karena Ibu Linna hanya mengurus saya dan anak-anak, dia memiliki semua uang dan harta yang saya hasilkan. Semua sertifikat apa pun adalah atas nama Ibu Linna, kecuali Jaguar yang dihadiahkannya untuk hadiah ulang tahun saya dulu. (tapi BPKB-nya dia pegang!) 
Karena dia ikut ke mana pun saya pergi, dia melihat dunia (mungkin) jauh lebih luas daripada orang-orang yang dulu mencemoohnya. Wanita itu penghebat laki-laki. Dan laki-laki yang hebat, memiliki istri yang baik dan anak-anak yang terurus dengan baik. Ingat ya? Wanita yang baik, menjadikanmu lebih baik. 
Mario Teguh – Loving you all as always




shared at WhatsApp family 2b WOW chapter 22
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Jun 3, 2014

Memuliakan Istri, Salah Satu Ciri Suami Yang Sholeh

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam untuk Rasulullah...
Saudaraku seislam -khususnya para suami- yang saya cintai, memuliakan istri merupakan salah satu tanda kesholehan seorang suami. Banyak perkara yang bisa kita lakukan untuk memuliakan istri kita, di antaranya :
  • Pertama, memanggil istri dengan panggilan mesra yang disukainya. Sepakatilah dengan istri tentang panggilan mesra yang disukainya, dan janganlah pernah merasa sungkan atau berat memanggil ‘Sayangku’ kepadanya. Bagi yang istrinya lebih dari satu, jangan sampai tertukar panggilan sayangnya itu, hmm, bisa-bisa kena jewer lho.
  • Kedua, berikanlah busana yg sesuai syar’i, dan bantulah agar ia selalu menutup dan menjaga auratnya sebagaimana yang ditetapkan Allah & Rasul-Nya.
  • Ketiga, bimbinglah istrimu menjadi istri yang sholeh, penyejuk mata dan hatimu dengan ilmu yang benar, kasih sayang dan ketauladanan, bukan dengan arogansi, kekejian dan kekasaran.

  • Keempat, jika ada perkara yang tidak disukai, janganlah mencela dan mencaci makinya apalagi sampai memukul atau menyiksanya. Luruskanlah dengan seindah-indah ungkapan dan setepat-tepat tindakan, semoga ia makin menyenangkan dan mempesonamu.

  • Kelima, nafkahilah istrimu itu dengan penghasilan yang halal, dan nafkahilah kebutuhan batinnya dengan penuh cinta berdasar adab-adab yang indah sebagaimana diajarkan agama kita.

  • Keenam, jangan sungkan mencium mesra, merayunya dan membisikan kata-kata cinta kepadanya. Sungguh ungkapan cinta yang tulus dari sang suami itu lebih menyegarkan batinnya dari pada pemberian yang lain.

  • Ketujuh, doakanlah kebaikan, keberkahan dan ampunan untuk istrimu. Jauhilah melaknat, menyumpah atau mendoa-doakan yang buruk untuknya.

Semoga catatan ringan ini ada manfaatnya untukku dan untuk yang mau mengambil manfaatnya. Wa shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.
_Ust. Ibnu Mukhtar_




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Nov 8, 2012

Long Distance Relationship (LDR)

Hayooooo..
Apa yang dipikirin pas ngebaca judulnya?!
Pacaran jarak jauh?! Itu nama lainnya..
Jarang ketemuan, komunikasi gak lancar, dll.. Itu mah resikonya..
;p

Hmm, mungkin banyak orang yang menghindari menjalin hubungan secara LDR karena resiko-resiko yang mungkin terjadi selama proses berlangsung hingga berubah ke tingkat yang paling diinginkan, yaitu pernikahan. Banyak cerita yang Vee dengar dari temen atau orang-orang yang pernah menjalani LDR ini semua penuh dengan tantangan dan pengorbanan. Mulai dari rindu yang mendalam gara-gara gak bisa "routine dating every satnite", komunikasi yang kurang optimal karena terbatas pada alat komunikasi yang dimiliki, perbincangan orang-orang sekitar yang meragukan keberlangsungan hubungan ataupun masalah-masalah lain yang menjadi cobaan itu sendiri dalam menjalin hubungan bersama dengan baik.

Diluar semua resiko dan konsekuensi yang udah Vee tahu secara sekilas kalau menjalani LDR itu lebih sulit ketimbang hubungan yang "biasa" dijalani oleh sebagian orang, gak tau kenapa Vee malah lebih ingin merasakan LDR saat ini, demi apapun. Mencoba tantangan dan resiko yang sudah pasti seperti apa di depan mata itu lebih mengasyikan. Hubungan yang "mengharuskan" untuk jarang bertatap muka membuat Vee bisa merasakan kerinduan yang mendalam yang bisa diekspresikan lebih baik saat bertemu setelah sekian lama.
Sebagian besar yang ngejalani LDR, gak bertahan lama katanya gara-gara komunikasi gak lancar yang berakibat kesalahpahaman. Klo menurut Vee, gak ada namanya komunikasi yang gak lancar klo masing-masing tahu kapasitas keterlibatan dalam kehidupan seseorang, sekalipun itu pasangan hidup yang udah menikah, gak semua hal harus di-share loh. Tetap ada rahasia yang harus dijaga seseorang, entah itu yang menyakitkan ataupun  yang menyenangkan bagi dirinya. Selain itu, saling percaya itu penting banget, dan yang pasti jangan asal udah ngerasa dipercayaain trus berusaha nyuri-nyuri untuk ngekhianatin. Sekali gak dipercaya, bakal susah untuk dikasi kesempatan. Seperti kata pepatah, Kepercayaan itu Mahal. Kepercayaan dan tau kapasitas keterlibatan gak akan mempermasalahkan komunikasi yang kurang, jadinya gak akan ada deh salah paham itu, yang ada malah saling pengertian dan perhatian yang bertambah.

Keinginan untuk menjalin hubungan jarak jauh semakin kuat Vee rasakan, saat si dia yang Vee sayang saat ini memang terpisah jarak yang lumayan jauh. Ingin bersama dengannya dalam satu hubungan yang jelas, tetapi jarak memisahkan untuk bisa menjalin hubungan yang seperti biasanya sehingga memungkinkan Vee untuk berpikiran "gimana klo LDR-an sama dia yah?"  tapi sampai saat ini, keinginan itu belum juga terwujud. Banyak hal yang merintangi untuk bisa mewujudkannya, walau keinginan dan hasrat yang ada begitu besar padanya.
Bisakah suatu saat nanti Vee merasakan gimana rasanya berhubungan jarak jauh yang sebenarnya tanpa harus menerka-nerka yang terjadi pada dua orang yang sedang menjalankanny??
Berharap besar si dia bisa tahu dan bisa memberikan Vee kesempatan untuk berhubungan serius dengannya, walaupun kami harus LDR-an tapi itu bisa jadi awal bagi hubungan yang lebih baik lagi di antara kami ke depannya..

I love you, RF..
^___^