Showing posts with label Salim A Fillah. Show all posts
Showing posts with label Salim A Fillah. Show all posts

Mar 26, 2015

Walau Kami...

Walau tak dikayakan seberlimpah Sulaiman;
karuniai kami syukur dan tawadhu'nya, yang hormati semut serta burung hud-hud

Walau usia tak sepanjang Nuh;
tegarkan kami dengan kegigihan da'wah dan tekad bajanya untuk terus sampaikan kebenaran

Walau tak setampan Yusuf;
kuatkan diri kami menahan semua goda dan derita

Walau tak perlu ditelan ikan di gelap lautan;
hiasi jiwa kami dengan kepasrahan Yunus yang rintih doanya terdengar

Walau ujian cinta tak seberat Ibrahim, Hajar dan Sarah;
limpahi keluarga kami sakinah, mawaddah, dan rahmah dengan keturunan sholih-sholihah

Walau tak harus lari dan sembunyi sebagaimana Ashabul Kahfi;
beri kami keberanian dan perlindungan saat tegas mengatakan Al Haqq di depan tirani

Walau ilmu tak seutuh Luqman Al Hakim;
tajamkan pikir dan rasa kami 'tuk mengambil ibrah di setiap kejadian.
~Ust. Salim A. Fillah~





shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Dec 3, 2014

Bangsa Penjaya Agama-NYA

Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al 'Awawidah, Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa 'Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?"

Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya Ukhayya", ujarnya lembut. "Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilih-Nya di antara hamba-Nya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama dan kejayaan itu."

"Pada kurun awal", lanjut beliau, "Allah memilih Bangsa 'Arab. Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, dan beberapa penguasa Daulah 'Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka."

"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah 'Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak 'Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia."

"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya."

"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk."

"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; 'Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih."

"Ketika Daulah 'Aliyah 'Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini."

Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. "Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek", katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."

"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para 'Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah 'Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah 'Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke", ujar beliau terkekeh.

"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam."

"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaaLlah."

Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..
-Salim A Fillah-




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Oct 12, 2014

Lapis-Lapis Keberkahan

"Hidup dijalan Allah lebih berat daripada mati di jalan Allah" 
(Abdul Aziz bin Baz)
"Sebab memang jalan Allah, jalan islam. Adalah jalan yang terhormat dan penuh pengendalian diri. Ia adalah kebenaran dan kekuatan, keberkahan dan titian lurus, ketegaran dan keutamaan. Ikutilah jejaknya bersama umat ini, di dalam jamaah yang mengundang ridha-Nya. Semoga Allah mengaruniakan taufiq kepada kita" 
(Hasan al Bana)
"Dan akhirnya semua org akan menuju Allah setelah matinya, tetapi berbahagialah org yg telah menuju Allah sejak masih dalam hidupnya." 
(Sayyid Quthb)
"Jika kau telah berada di jalan Allah, melesatlah dengan kencang. Jika sulit, maka tetaplah berlari meski kecil langkahmu. Bila engkau lelah, berjalanlah menghela lapang. Dan bila semua itu tak mampu kau lakukan, tetaplah maju meski terus merangkak nyalang, dan jangan pernah sekalipun berbalik ke belakang." 
(Asy Syafi'i)

Di jalan Allah,
betapa beratnya beriman,
betapa lelahnya berislam,
dan betapa beratnya berihsan.

Di jalan Allah,
alangkah sukarnya ridha,
alangkah peliknya ikhlas,
alangkah mahalnya syukur,
dan alangkah pedihnya sabar.

Di jalan Allah,
betapa sibuknya amal,
betapa lelahnya dakwah,
betapa mengurasnya jihad,
dan betapa langkanya tawakkal.

Di jalan Allah,
alangkah menyitanya dzikir,
alangkah penatnya tafakur,
alangkah mengirisnya qona'ah,
dan alangkah repotnya tawadlu.

Begitulah yang kita lihat,
berburu berkah itu alangkah beratnya.
Tapi syukurlah kita tahu,
bahwa di dalamnya ada banyak rasa nikmat.

"Sesungguhnya, Pertolongan itu mengiringi kesabaran, sesungguhnya kelapangan itu mengiringi kesempitan, dan sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan menyertainya." 
(Hr. Imam Ahmad)
Inilah yang kembali harus kita yakinkan pada diri, bahwa selalu ada bersusun-susun rasa surga, di tiap bertumpuk-tumpuk amal karya, yang dijalani dalam beriris-iris asas makna, dilapis-lapis keberkahan. Tiada rasa cukup akan berkah-Mu. (Epilog buku Lapis Lapis Keberkahan)
-ustadz Salim A. Fillah-




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee