Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts

Aug 15, 2014

Cerpen : Banyak Modalmu Masuk Surga, Sobat!

Oleh : Santi Harmoetadji

Siang itu sangat terik. Apalagi di sekitar terminal bus. Angin kering menerbangkan debu beserta sampah. Belum lagi asap knalpot dari kendaraan yang keluar masuk terminal. Ditambah dengan ramainya suara klakson dan teriakan kenek-kenek bus yang mencari penumpang. Lengkaplah sudah kegerahan di siang itu.

Dari dalam taksi yang berjalan perlahan, Nurul menyaksikan ‘pemandangan indah’ itu. Matanya menyapu ke segala arah mengusir kejenuhan setelah beberapa hari terkungkung di gedung tertutup untuk pelatihan. Tiba-tiba pandangannya terhenti pada sosok wanita yang tengah berjalansendirian. Gamis dan jilbab yang tak rapi dan jalannya yang gontai dengan pandangan tertunduk. Sepertinya dia sedang galau. Nurul merasa seperti mengenal sosok itu. Ketika wanita tersebut mengangkat wajahnya, spontan Nurul berteriak :
“Putriii...”
“Pak, pak, berhenti dulu pak!” pintanya pada sopir taksi .
“Ada apa neng?” Tanya si sopir heran.
“Itu pak, itu teman saya. Saya turun disini saja!”
Segera Nurul keluar dari taksi setelah membayar ongkosnya. Bergegas dia berlari menghampiri wanita itu. Nurul tidak pangling dengan sahabatnya itu, walaupun sudah hampir 20 tahun tidak pernah bertemu, walaupun penampilan Putri sangat jauh berbeda. Bagaimana mungkin Nurul lupa pada Putri yang kala itu masih non muslim. Setiap hari Putri menghabiskan waktu di kamar kosnya. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah, jalan-jalan, bercanda bersama, sampai diskusi panjang tentang agama. Saat itu Putri sangat antusias belajar tentang Islam.
“Putri? Kau Putri kan? Teman sekolahku dulu kan?” Tanya Nurul setelah dekat dengan wanita itu. Wanita itu menghentikan langkahnya dan menatap Nurul. Serta merta wajahnya berubah ceria.
“Nurul…Benarkah ini Nurul sahabatku?!” Teriaknya kegirangan, dia segera memeluk tubuh mungil di depannya. Tak lama kemudian air matanya tumpah dalam pelukan Nurul.
“Bagaimana kabarmu sobat?” tanya Nurul. Putri hanya terisak. Nurul tak tega bertanya lebih jauh. “Ayo kita ngobrol di kafe itu ya?” Kata Nurul sambil menggandeng tangan sahabatnya itu.
Berdua mereka duduk di tempat yang agak sepi, agar bisa bebas ngobrol. Setelah memesan makanan dan minuman seperlunya, Nurul membuka percakapan.
“Bagaimana kabarmu Putri, kita benar-benar tidak pernah ketemu setelah lulus sekolah.”
“Perjalanan hidupku sangat berliku Rul.” Jawab Putri pelan. Melihat itu Nurulpun mengalihkan pembicaraan, khawatir akan melukai perasaan.
“Rumahmu di dekat sini ya Put?”
“Ya lumayanlah, agak jauh Rul. Pikiranku sedang kacau Rul, aku tadi jalan tanpa tujuan tertentu. Tak terasa sampai di terminal ini.” Jawab Putri masih dengan pelan.
“Begitukah? Apa yang sedang kau alami Put? Sebenarnya aku sangat penasaran, ingin tahu kisahmu setelah kita lulus sekolah. Itupun kalau kamu tidak keberatan. Kulihat kau mengalami perubahan yang sangat besar, terutama jilbabmu itu. Sejak kapan kau memeluk Islam Put?” Tanya Nurul beruntun. “Kalau aku biasa-biasa saja Put, tidak ada yang istimewa. Kuliah, kerja, nikah, punya anak, dan sekarang ini aku lagi ditugaskan kantor untuk pelatihan.”
Terlihat Putri menghela nafas panjang dan pandangannya menerawang jauh. Sepertinya dia benar-benar sedang kalut. Tak tega Nurul melihat sahabatnya seperti itu.
“Putri, kita cicipi dulu makanan ini ya, sepertinya enak.” Sambungnya kemudian.
“Oh, iya, terima kasih Rul.”
Sejenak kemudian keduanya mulai menikmati hidangan di meja. Enak juga menu makanan di kafe itu. Tak lama berselang Putri mulai bercerita. 
“Selepas SMA aku diterima di perguruan tinggi yang aku idam-idamkan. Senang dan bangga rasanya, begitu juga dengan keluargaku. Masih seperti ketika bersahabat denganmu, aku sangat tertarik dengan Islam. Di kampus aku bertemu dengan beberapa aktivis masjid, dan aku terus belajar Islam bersama mereka. Tahun kedua di bangku kuliah, aku merasa sudah sangat yakin dengan pemahamanku, sudah mantap dengan Islam. Aku bersyahadat di depan teman-teman dan pembimbing rohaniku. Alhamdulillah aku sangat bahagia dan menemukan kedamaian dalam Islam. Namun, kau tahu sendiri kan, kalau keluargaku sangat kuat memegang keyakinannya. Sampai beberapa lama mereka tidak mengetahui kalau aku berpindah agama, aku belum berani berterus-terang. Suatu saat ada seseorang yang mengabarkannya kepada mereka. Bisa kau bayangkan murkanya mereka. Intimidasi, ancaman dan paksaan untuk kembali pada keyakinan semula sangat gencar mereka lakukan. Semua itu masih bisa aku terima dengan lapang dada. Aku tetap sayang dan hormat pada mereka. Aku tetap rutin mengunjungi mereka, walaupun mereka mengacuhkanku. Aku tetap berusaha sabar. Tak lama kemudian aku memutuskan untuk berhijab. Bertambahlah kemurkaan mereka. Setelah itu keluargaku mulai menghentikan biaya hidup dan sekolahku, dan melarangku pulang ke rumah, kecuali jika aku murtad. Sampai disini aku masih berusaha untuk tegar, berusaha untuk mandiri. Aku kerja paruh waktu sebagai penjaga toko sambil kuliah, menjadi sales barang dagangan orang, memberi les privat anak-anak SMA, dan apa saja usaha aku lakukan untuk bertahan hidup, asal halal. Butuh tekad dan semangat yang sangat kuat untuk menjalani itu, Rul. Kau tahu kan dari kecil aku selalu hidup dalam kecukupan. Tak pernah susah, tak pernah kerja apapun, walaupun hanya sekadar menyapu rumah atau mencuci baju sendiri. Sebagai anak perempuan satu-satunya aku sangat dimanja. Selama 3 tahun kujalani semua itu hingga kuliahku selesai. Rupanya keluargaku belum juga menyerah. Ketika aku datang ke rumah untuk mengundang mereka dalam acara wisudaku, tak kusangka mereka malah menahanku, menyekapku di kamar pembantu. Aku kembali dipaksa untuk murtad dan akan dinikahkan dengan pria nonmuslim pilihan mereka...”
Sampai di sini suara Putri tak terdengar lagi, isak tangisnya pecah. Segera Nurul merengkuh sahabatnya itu dalam pelukannya. Membiarkannya meluapkan emosinya. 
“Putri kau muslimah yang kuat, aku kagum padamu.” Ucap Nurul lirih, berusaha menenangkan sahabatnya.
Setelah mampu menguasai diri, Putri melanjutkan ceritanya,
“Aku berhasil melarikan diri ketika prosesi pernikahan akan dilaksanakan. Aku mencari perlindungan hukum. Karena waktu itu usiaku sudah 23, secara hukum aku dianggap dewasa, bisa membuat keputusan untuk diri sendiri. Jadi orang tuaku tidak berhak memaksaku lagi. Kemudian ada seorang laki-laki shalih yang melamarku dan kemudian menikahiku. Aku juga mendapat pekerjaan yang layak di sebuah kantor. Alhamdulillaah kami sangat bahagia. Kami dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Namun rupanya Allah masih ingin mengujiku lagi. Anak pertamaku terlahir dengan bawaan autis yang cukup berat. Sementara anak keduaku terlahir dengan bawaan hiperaktif. Dua karakter yang sangat berlawanan. Si kakak memerlukan ekstra kesabaran dan ketelatenan untuk merangsang respon otak dan dan gerak tubuhnya. Sementara si adik membutuhkan pendampingan dan pengawasan yang ekstra ketat untuk mengendalikan aktivitasnya. Memastikan dia tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Aku dan suamiku tidak bisa meninggalkan mereka tanpa pengawasan kami, tidak ada baby sitter yang sanggup mengawasi mereka. Akhirnya aku harus mengambil keputusan besar untuk berhenti dari pekerjaanku, merawat sendiri anak-anakku.” 
Kembali Putri tenggelam dalam isak tangisnya. Nurul memeluk erat sahabatnya itu, tanpa mampu berkata apa-apa lagi, tak mampu menahan haru.
“Dan baru-baru ini Rul... huk... huk... huk... suamiku... suamiku…dipanggil Allah... huk... huk... huk...”
Tangis Putri kembali pecah. Nurul pun tak kuasa lagi menahan air matanya. Mereka berpelukan dalam tangis. Tak sadar banyak mata pengunjung kafe yang melirik mereka. Cukup lama Nurul baru bisa menguasai keharuannya,
“Putri, sungguh aku sangat salut padamu. Perjuanganmu menemukan hidayah Islam sangat kuat. Bertahun-tahun kau mencari kebenaran. Ketika kau bersyahadat, terhapuslah segala dosa yang ada pada dirimu sebelumnya. Kau kembali suci bersih sebagaimana bayi yang baru lahir. Jika kemudian kau mendapatkan banyak cobaan, itu karena Allah ingin kau membuktikan syahadatmu. Apakah kau benar-benar berislam dengan tulus tanpa maksud dan tujuan lain. Dan manakala kau mendapatkan banyak ujian, itu karena Allah sangat menyayangimu, Dia inginkan kamu naik dan naik lagi menuju kedudukan yang lebih tinggi, ke tingkat iman dan takwa yang lebih baik. Allah membukakan jalan agar kau mengejar ketertinggalanmu Put, 20 tahun kau dalam kegelapan, selama itu belum ada catatan amal ibadahmu. Sekarang terbuka jalan bagimu untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Ayo sobat kau bisa lebih baik daripada orang yang sudah muslim dari lahir. Percayalah Put, Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya. Dari-Nya semua berasal dan hanya Dia yang mampu untuk mengeluarkanmu dari berbagai kesulitan. Tetaplah istiqamah sobat, aku yakin kau mampu, selama ini kau sudah menunjukkannya. Yakinlah bahwa pertolongan Allah sangat dekat, teruslah ikhtiar dan berdoa. Sabar dan tawakkal lah. Allah kuasa atas segalanya, Dia tidak akan membiarkan hambanya mengangkat tangan untuk berdoa, dan membiarkannya turun tanpa dikabulkan. Putri, tahukah kau, aku merasa kalah jauh denganmu. Untuk menemukan Islam, perjuangan dan pengobananmu sangat besar. Tentunya itu bukan sesuatu yang tanpa nilai di hadapan Allah, itu pahala yang sangat besar. Sementara aku, aku tidak perlu berjuang untuk itu. Orang tuaku muslim, mereka telah menuntunku dalam Islam, jadi mereka yang berjuang, mereka yang mendapatkan pahalanya. Di satu sisi aku sangat bersyukur dengan keadaan itu, namun di sisi lain kadang membuatku kurang kuat berusaha. Segala nikmat dan kemudahan yang Allah berikan padaku kadang malah membuatku lalai, kurang bersyukur, kurang sabar, kurang beribadah dan kurang beramal. Astaghfirullah al ‘adhiim. Aku malu padamu Putri, aku kalah denganmu. Saat ini Allah menitipkan dua orang anak yatim kepadamu. Aku tahu itu tidak mudah, juga tidak ringan. Itu ladang amal bagimu. Kau tidak perlu mencari, Allah telah menghadiahkan ladang amal yang luas dan banyak. Tahukah kau Putri, Allah menjanjikan surganya untuk yang mengasuh anak yatim, memberikan keberkahan di rumah yang di dalamnya ada anak yatim, dan Rasulullah memastikan akan bersanding dengan orang yang mengasuh anak yatim. Sobat, banyak modalmu untuk masuk surga, bersyukurlah...” Kata Nurul panjang lebar. Nurul merasa bukan sedang menasehati Putri tapi sedang mengingatkan dirinya sendiri, sedang mengukur kadar keimanannya.




shared at WhatsApp family ODOJ1550
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee

Nov 3, 2011

[cerpen] 7 Years of Love (Part3)

the last part, begin..

_Revan's PoV_

Akhirnya permintaanku untuk dipindahkan ke kantor cabang di kotaku dikabulkan juga oleh atasan. Sudah dua bulan aku bekerja dengan orang-orang baru. Aku sudah mulai mengenal karakter mereka, bagaimana mereka bekerja, bercanda, dan lain-lainnya.
Tetapi ada seseorang yang keberadaannya sedikit mengagetkanku, mas Putra atau sekarang aku menyapanya pak Putra. Dia menjadi atasanku sekarang. Saat pertama kali bertemu dengannya di kantor, jantungku berdebar kencang dan kaku seketika, bukan karena dia adalah atasanku tapi lebih karena dia adalah kakak laki-laki Vian. Dan lagi, dia masih mengenaliku sebagai teman Vian. Aku kira dia tak akan mengenaliku karena pertemuan yang singkat waktu itu.
Karena sudah 'saling mengenal', kami menjadi cepat akrab selain masalah pekerjaan tentunya. Tak jarang pula aku datang ke apartemennya, menyelesaikan pekerjaan bersama atau hanya sekedar berkunjung. Dari dia jugalah aku menjadi lebih banyak tahu tentang Vian.
Dia juga pernah bertanya apa motivasiku menemani Vian saat reuni sekolah waktu itu. Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab singkat, "Teman.".

Oct 31, 2011

[cerpen] 7 Years of Love (Part2)

The story begin.. again..

_Vian's PoV_

Hoaaaam.." kumengerjap-ngerjapkan kedua mataku. Masih mengantuk. Ku melihat sekitar.
"Wooo, kamar?!" Seketika beranjak dari tempat tidur kesayanganku. Beranjak menuju ruang makan di lantai bawah.
"Bundaaaaaa.." panggilku dengan suara parau. Tak ada jawaban.
"Bundaaaaaaaaaa..." panggilku lagi.
"Duuh, nih anak gadis pagi-pagi dah teriak aja." yang muncul malah si Ayah dari dalam kamarnya.
"Yah, Bunda kemana?! Kok aku panggilian ga nyaut-nyaut sih."
"Bunda ke pasar."
"Tumben sendirian gak sama Ayah."
"Gak sendirian kok. Sama tante Sulam tadi."
"Tante sulam?! Siapa tuh Yah? Tetangga baru??"
"Iya, tetangga yang di ujung kompleks itu."
"Ooo, gitu. Ya udah, aku mau sarapan ah. Ayah udah sarapan?"
"Udah tadi."
"Eh, Ayah rapi bener. Mau kemana?" tanyaku disela-sela mengunyah roti bakar.
"Ada urusan yang harus Ayah selesaikan di luar kota."
"Lama Yah?"
"Gak tau, tergantung urusannya."
"Jam brapa Ayah mo berangkat?"
"Ini lagi nunggu jemputan om Ardi. Ayah males sendirian." Ayah pun masuk kembali ke kamarnya.

Oct 29, 2011

[cerpen] 7 Years of Love

the story begin...
(no introduce cast or anything else, just go with the flow)

_Vian's PoV_

"Bunda, its fine if i dressing like this?" aku berjalan ke depan kaca dengan malu-malu
"Waaaa, you looks so beautiful."
"Really?!"
"Eum..." Bunda hanya mengangguk menjawabku.
"Warna dan modelnya bagus gak Bunda?!
"Iya, sayang."
"Gak akan aneh kan kalo aku pake pas reuni ntar?!
"Gak..."
"Beneran?!!" aku masih tak yakin dengan pilihan dress ku ini.
"Udah, cepetan ganti sana. Biar dress kamu itu bisa di bungkus ama mbaknya tuh." Bunda menunjuk pramuniaga yang sedari tadi setia menungguku.
"Tapi beneran cocok kan yah Bunda ama aku?"
"Iyah, mau Bunda ngomong brapa kali lagi sayang biar kamu yakin?!!"
"Heeee" aku cuma bisa nyengir kuda denger perkataan Bunda, "kalo gitu aku ganti yah Bunda, tungguin aku." aku pun senyum genit tapi Bunda cuma geleng2 liatin aku bertingkah kayak gitu. ^o^

_______#####_______

Nov 27, 2010

[cerpen] IRUMA (part 1)

"Cepetan siap-siap yah. Kita ke resepsinya sekarang ajah." Perintah Bunda tiba-tiba begitu membuka pintu kamar.
"Yah, Bunda….. katanya tadi abiz maghrib  perginya. Kenapa tiba-tiba berubah gini sih?" keluh Putri.
"Bunda takut ntar rame klo perginya jam segitu. Udah, buru ganti baju sana." Perintah Bunda lagi.
"Iya deh, Bunda."
Seperti biasa, di akhir pekan Putri harus mengantarkan Bunda ke resepsi pernikahan. Bunda tidak pergi bersama Ayah karena keberadaan beliau yang di luar negeri. Dengan malasnya, Putri pun bergerak melakukan apa yang diperintahkan Bunda padanya. Ia bangun dari kasurnya, mengemaskan laptop yang sedari tadi menjadi temannya dan bergegas mandi. Tak lama kemudian, ia pun sudah berubah menjadi gadis yang elok dengan gaun pesta merah muda dan hiasan pita warna senada di rambutnya.
"Bunda!" Panggil Putri tiba-tiba. "Resepsinya di mana sih?"
"Loh, emang Bunda belum bilang yah?" Tanya Bunda bingung.
"Ya, belumlah Bunda." Jawab Putri pelan, "klo udah, kenapa juga Putri tanya ke Bunda lagi."
"Di balai pertemuan Rahayu, sayang, yang deket Kantor Bupati itu loh." Terang Bunda.
"Ouw, oke deh Bunda. Lets go." Jawab Putri, sambil menginjak gas. Beranjak dari garasi rumah bersama Bunda di kursi sebelah.
Perjalanan tak membutuhkan waktu lama. 20 menit kemudian, mereka berdua telah tiba di gedung pertemuan Rahayu, di mana diselenggarakannya resepsi pernikahan anak salah satu kolega Bunda. 
Saat memasuki area resepsi Putri dibuat kaget dengan tema resepsinya karena bernuansa alam, ada pepohonan, bunga-bunga yang indah dan tak lupa aneka gambar hewan-hewan nan lucu yang dipasang tersebar dalam area resepsi  dan yang paling disukai Putri adalah jalan yang dibentuk menyerupai sungai. Setiap tamu berjalan di atas kaca yang di bawahnya mengalir air yang bening dan terdapat ikan-ikan yang berenang. "Cantik sekali." Pikir Putri sambil berjalan mengikuti Bunda.
Tiba-tiba Putri melihat sosok seseorang yang dikenalnya turun dari mobil di depannya. 
OMG. Tuh beneran kak Iruma? Putri bertanya pada dirinya sendiri, Gila, udah lama gak ketemu. Kenapa ketemunya di sini lagi?! Tiba-tiba Putri salting dan ngerasa deg-degan.
"Kamu kenapa, Putri?" Tanya Bunda.
"Ah, gak kenapa-napa koq Bun." Putri ngeles, "lucu yah temanya. Putri suka deh liatnya." Bisik Putri di telinga Bundanya sambil terus memandang sesosok rupa di depannya.
"Iyah, lucu. Ntar waktu kamu nikah, juga mau kayak gini temanya?" Tanya Bunda.
"Ah, Bunda. Koq jadi ngomong gitu ah. Nikahan Putri kan masih lama. Kenapa juga ditanyain temanya sekarang?" Wajahnya tersipu malu.
"Bunda kan cuma nanya." Jawab Bunda sambil mencubit pipi Putri.
"Bunda...." Mengelus pipinya, "malu ah, diliatin orang. Emang Putri anak kecil dicubitin pipinya gitu."
"Iya, sayang. Nah sekarang mau makan apa?" Tanya Bunda halus. Putri melihat ke sekeliling, mencari menu apa yang enak dimakan baginya.
"Sate ajalah." Putri dan Bunda bergegas ke stand sate yang berada di sebelah kiri pintu masuk.
Sesaat setelah Putri mengambil makanannya, tiba-tiba dari  arah belakang seseorang menyentuh pundaknya. Dengan segera dia membalikkan badan dan betapa kaget dan gugupnya Putri saat tahu siapa sosok yang menyentuh pundaknya tadi.
"Kak Iruma?!" Putri tersenyum dan suaranya dibuat senormal mungkin, walaupun tak begitu dengan jantungnya yang berdegup kencang.
"Gimana kabarnya?" Tanya Iruma lembut
 Aigoo.. lembut banget suaranya. Bisik Rhein dalam hati.
"Baik, kok." Jawab Putri singkat.
"Kenal juga yah ma pengantinnya?"
"Anak koleganya Bunda, Kak."
"Ouw, lumayan deket donk yah?" Iruma kembali bertanya ditambah senyuman di bibirnya.
Gila.. Tambah melting gue dibuatnya..
"Iya." Putri membalas senyumannya, "Kak, Putri duluan yah." Beranjak dari tempatnya berdiri dan bergegas duduk di kursi di sebelah Bunda yang berada tak jauh dari stand sate tadi.
Setelah selesai menyantap hidangan pesta, Putri dan Bunda memberi ucapan selamat kepada pengantinnya. Dan ketika Putri mau melangkahkan kakinya, tiba-tiba datang Iruma dari arah berlawanan.
"Duluan yah." Ucapnya lembut dan tak lupa senyuman manis dari bibirnya mengarah ke Putri.
"Ah.." Putri agak terkaget, "iya kak." sambungnya cepat.
Putri dan Bunda pun pulang ke rumah. Betapa bahagianya Putri sekembalinya dari resepsi pernikahan itu. Tanpa sadar ia terus tersenyum dan menari-nari di kamarnya. Ia ingat betul, bagaimana ekspresi Iruma saat berhadapan dengannya, bagaimana tingkah Iruma yang celingak-celinguk ngeliatin ke arahnya, pokoknya sikap Iruma yang bikin jantung Putri berdegup kencang deh.
Selagi Putri mengingat-ngingat tingkah laku Iruma, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dilihatnya deretan nomor tak dikenal tertera di layar hape-nya. Siapa nih?! Gak kenal. Palingan juga orang iseng. Ah males. Putri pun tak mengacuhkannya, dibiarkannya hape tergeletak di sampingnya hingga tak berbunyi lagi. Tuh kan bener, Cuma iseng. Sekali ajah langsung mati. Dasar orang gak punya kerjaan. Putri merengut dan kembali asyik dengan kenangannya akan Iruma.
“Putri…” panggil Bunda tiba-tiba, membuat Putri kaget dan hampir terjatuh dari kasurnya.
“Yaaa Bunda…” jawab Putri setengah berteriak.
“Ada telpon buat kamu nih.” Jawab Bunda.
“Dari siapa?”, tapi tak ada jawaban dari Bunda. Aiish, pasti Bunda langsung kabur deh. Gak liat apa anaknya lagi asyik gini. Ngangkat telpon orang gak jelas ajah masih diladenin. Putri kembali merungut, dengan malas ia pun menghampiri telpon yang berada di ruang keluarga di lantai bawah.
"Hallo.." Sapa Putri setelah menghela nafas panjang dan duduk di kursi samping meja telpon.
“Hallo..” jawab si penelpon.
“Siapa nih?” tanya Putri malas
“Kamu gak ngenalin ini suara siapa yah?” tanya orang itu balik.
Aigoo, neh orang yah. Kita nanya bukannya di jawab malah balik nanya lagi. ckckck
“Maaf, emangnya ini siapa yah? Sorry Putri gak kenal ma suaranya.” Putri berusaha menjawab dengan nada sopan walau rasa kesal mendera di hatinya.
“Kamu beneran gak ngenalin suara Iruma?!”
“Iruma?!!” Putri semakin bingung, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Berpikir, mencari tau siapa sebenarnya si penelpon isengnya itu. “Heeee, sorry sekali lagi. Tapi ini Iruma yang mana yah? Putri beneran gak tau dan gak ada clue nih. Klo Cuma telpon iseng, lebih baik Putri matiin aja yah soalnya Putri lagi banyak kerjaan neh.” Papar Putri.
“Hmm, gitu yah. Berarti kakak gangguin kamu gitu…”
“Yupz..” potong Putri.
“Ya udah deh, kakak minta maaf yah karna udah gangguin Putri.” Tampak rona kekecewaan dari balik suara Iruma saat itu. Mereka terdiam beberapa waktu dan saat gagang telpon pun siap diletakkan ditempatnya, tiba-tiba…
“Eits, tunggu tunggu tunggu..” Putri hampir berteriak sesaat sebelum sambungan telepon terputus.
“Ada apa Putri?” untung ajah si Iruma masih mendengarkan.
“Ini kak Iruma Ankhairuza?! Senior Paskibra Putri di SMA Kencana Bakti yah?” Putri tampak ragu-ragu menanyakannya.
“Iya, ini kak Iruma Ankhairuza. Kamu baru inget yah sekarang?” Senyum terkembang di bibir Iruma, Ia merasa senang, akhirnya Putri berhasil mengingatnya.
“Hee..” Putri tersenyum di balik teleponnya.
“Emangnya ada berapa Iruma yang kamu kenal sampai lama gitu ingetnya?”
“Gak ada lagi selain kakak sih sebenernya. Cuma gak tau kenapa tadi ngeblank medadak.” Putri nyengir sembari menggaruk bagian belakang lehernya. “Eh, ngomong-ngomong kakak menelpon Putri kenapa?”
"Hmm, gak. Cuma keinget kamu ajah." Jawab Iruma sekenanya.
"Hah?! Inget Putri? Kakak gak salah kan?!" Tanya Putri tak percaya.
"Loh, emang salah yah klo kakak nelpon kamu?"
"Gak sih kak, cuma aneh ajah kok kakak tiba-tiba nelpon Putri, ke nomor rumah lagi."
“Abisnya kakak telpon ke hape kamu tadi gak diangkat, jadinya ke telpon rumah deh.” Jelas Iruma.
“Nelpon ke hape?! Kapan kak? Perasaan gak ada deh kakak nelpon Putri?? Kakak Boong neh.." Putri memanyunkan bibirnya.
“Tadi sesaat sebelum nelpon ke rumah, kakak nyoba ke hape kamu.”
“Sesaat sebelum nelpon ke rumah?!!” Putri sedikit berpikir, “Ouw, kakak ganti nope yah?! Tadi ada nope baru masuk, belakangnya 0045 deh klo gak salah, yang itu nope kakak bukan?!”
“Yupz. Tapi itu bukan nope baru ah, itukan nope kakak dari dulu. Emang gak kamu save yah?”
“Aaahhh, kakak boong ah. Klo nope lama pasti aku save, gak mungkin di layar gak muncul nama kakak. Pasti nope baru yah? Hayo hayo.. ngaku deh…” Putri kekeh dengan pendiriannya.
“Ya ampun Putri, itu beneran nope lama kok. Kakak mana pernah ganti nope.”
“Ya udah deh, ntar Putri liat lagi dah d phonebook nah. Beneran kakak yang ganti nope pa gak.”
"Iya, dah. Cek ajah sana. Pasti kakak dah yang bener."
“Oh, iya. Pertanyaan Putri belum di jawab itu sama kakak deh.”
“Pertanyaan apa?”
“Itu, alasan kakak nelpon Putri apa?”
“Lah, kan udah di jawab gara-gara keinget ma Putri.”
“Pliiss deh kak, gak usah yang aneh-aneh gitu ah.”
“Loh aneh-aneh gimana. Itu normal ah.”
“Yo wes, klo kakak gak mau bilang yang sebenernya Putri tutup aja dah telponnya.” Ancam Putri.
“Ya elah, gitu ajah ngambek. Iya deh.” Iruma menghela nafas, “Hari minggu nanti Putri ada acara gak?” Suara Iruma mendadak serius.
“Hmm….. Hari minggu yah kak?! Ada sih, kegiatan kampus dari pagi sampai sore. Emangnya ada apa?”
“… sampai sore yah?! Padahal kakak rencananya mau ngajakin Putri ke suatu tempat minggu sore itu.” Iruma tampak kecewa lagi.
“Mau ke mana kak emangnya?” Putri antusias.
“Ada lah suatu tempat. Tapi kayaknya lain kali aja deh. Kasian kamunya capek kegiatan terus pergi lagi sama kakak.”
“Yaaaaaaaaaaaahhhhh..” Putri kecewa, “Gak apa-apa kok, Putri gak akan capek dah. Putri kan udah biasa. Kakak tenang aja lah. Oke oke kak. Kita pergi aja yah yah yah..” Putri merengek di telpon.
“Loh, ntar klo Putri kecapekan trus gak bisa kuliah hari seninnya gimana?? Kakak gak mau deh gara-gara kakak kamu jadi bolos kuliah.”
“Halah, tenang aja kak. Hari senin Putri free dari kulyah, jadi aman klo pun Putri ampe tepar dah. Jadi kita jalan yah kak, kan udah gak ada alasan lagi buat kakak ngelarang Putri pergi.” Putri dan Iruma sama-sama sumringah, jadi juga jalan barengnya.
“Oke, kamu pulang kegiatan jam berapa?”
“Mungkin sekitar jam 3.. jam 4 paling lama deh kak.”
“Kalau gitu kakak jemput jam 5 bisa?!”
“Bisa-bisa.. itu mah gampang, satu jam aku udah ready lagi buat jalan-jalan. Hehehehe…”
“Ya, udah fix yah kakak jemput kamu jam 5 di rumah.”
“Oke kak. Aku tunggu minggu depan. See ya..”
“See yaa… oya, jangan lupa cek tuh nope kakak yah. Bye…”
“Oke kak, byeee…”
Klik. Sambungan telpon pun terputus. Putri kembali beranjak menuju kamarnya di lantai atas. Segera diambilnya hapenya yang tergeletak di pinggir kasur, ia pun merebahkan badannya dan mengecek phonebook, mencari nama Iruma. Beberapa kali di cari, tak ditemukannya juga nama Iruma dalam list contact. Loh, kok gak ada sih? Bukannya udah pernah aku save yah nope kak Iruma. Putri pun terus mencari, hingga akhirnya..
Plaaakk.. Putri menepuk jidatnya. Begonya… mau dicari mpe kapanpun juga gak bakalan ketemu dah. Tuh nope kak Iruma kan ke save di hape aku yang ilang. Pantes ajah gak muncul namanya di layar. Ah dasar bego.. Putri berulang kali menepuk jidatnya hingga merah. Mesti bilang apa neh ma kak Iruma, malunya aku. Udah salah malah ngotot lagi. Uaaaaaaaaaaaaa… Putri membenamkan kepalanya ke bawah bantal, betapa malunya ia kalau Iruma tau hal ini. Tiba-tiba hape Putri berdering, tanda sms masuk. Putri melihat layar hapenya, satu sms dari nope Iruma yang baru saja tersave di contact-nya. Haduh, sms apaan neh orang?? Putri sedikit takut dan deg-degan untuk membuka sms dari Iruma tersebut, tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya, dikliknya tombol ‘yes’ dan terbukalah sms dari Iruma..
From : kak Iruma Ankhairuza
Gimana?!! Udah dicek kan?! Apa hasilnya?

Waduh, nih orang penasaran juga ternyata. Mesti bilang apa neh?? Putri bingung sendiri. Tapi diberanikannya untuk jujur walau ia harus menanggung malu. Ia pun mengetikkan balasan sms..

To : kak Iruma Ankhairuza
Heeeee :p
Sorry, aq yg salah kak. Nope kakak yg aq save it d hape yg lama, hape aq kn ilang, jd smua list contact jg ga ad, apalagi aq ga nyimpen backup data na..
Skali lg maaf yah kak, aq ud ngotot kk boong..
*bow*

Tak lama dering sms masuk berbunyi, dari Iruma lagi..

From : kak Iruma Ankhairuza
Ya udh, gpp. b’arti skrg jgn lupa dsave tuh nope kk, jgn sampai ilang lagi yah hape’a atau nope kk.
Udh malem jg, cepetan tidur sana. Walau besok gak kuliah tetep harus bangun pagi yah.
Gud nite ^o^

To : kak Iruma Ankhairuza
Gud nite kak..
See u next week..
Sleep well and nice dream..
^___^

             Setelah mengirimkan pesan singkat terakhir ke Iruma, Putri pun meletakkan hape-nya di meja kecil di samping tempat tidur. Ia kemudian beranjak ke kamar mandi tuk cuci muka dan bersiap tidur. Putri yakin benar bahwa malam ini ia akan bermimpi sangat  indah. Tidur di kala hati senang bukan kepalang pasti akan berdampak juga pada kisah di mimpinya yang akan melipatgandakan kebahagiaan yang ia rasakan. Putri tertidur dengan senyuman manis di bibirnya….




(to be con ......)


jangan lupa komen yah..
^o^