Apakah Anda tahu berapa besar gaji pasangan Anda? Agar masalah keuangan tidak merusak keharmonisan keluarga Anda, pastikan Anda dan pasangan jujur soal masalah yang satu ini. Sebelum menikah, persoalan keuangan mungkin tidak menjadi sebuah hal yang penting untuk dibahas. Saat sudah menikah, tentu saja ada hal-hal baru yang akan Anda alami bersama pasangan Anda. Tiba-tiba, masalah keuangan kini menghampiri Anda dan pasangan Anda. Bila dulu Anda tidak mengurusi soal gaji si dia, setelah menikah, mau tidak mau, Anda harus sama-sama tahu berapa besarnya gaji pasangan Anda.
Untuk membangun hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga, memang tak semudah yang dibayangkan. Pasti selalu saja ada masalah yang mengganjal, bahkan tak terselesaikan, misalnya tentang masalah keuangan. Nah, yang harus Anda pahami dalam masalah keuangan keluarga ialah tentang keterbukaan atau kejujuran terhadap pasangan mengenai keuangan yang dimilikinya. Jadi, jangan hanya terfokus pada pengelolaan keuangan, penghasilan, atau tabungan sebab, percaya atau tidak, sebenarnya akar masalah keuangan keluarga justru terletak pada masalah “kejujuran” antar pasangan lho.
Keharmonisan Rumah Tangga
Survei yang dilakukan National Endowment for Financial Education di Amerika menyebutkan, dari sampel 2.035 orang dewasa yang diambil, 33 persen orang memilih berbohong tentang masalah keuangan pada pasangannya. Seperti dilansir huffingtonpost.com, survei ini juga menyebutkan 35 persen pasangan merasa telah dibohongi oleh pasangannya dalam masalah keuangan.
Tak aneh memang, sebab yang namanya masalah keuangan selalu sensitif, apalagi jika sudah dihubung-hubungkan dengan yang namanya keluarga. Dalam buku yang ditulis Maire Allvine, The Family CFO: The Couple’s Business Plan for Love and Money, diungkapkan bahwa sebagian besar pasangan suami-istri tidak tahu cara yang benar untuk membicarakan keuangan. Penulis yang juga merupakan financial planner ini menegaskan kebanyakan dari mereka justru bereaksi sangat emosional saat membicarakan uang. Bahkan tak sedikit di antara pasangan suami-istri yang saling mencintai ini lebih memilih untuk tidak membicarakan soal uang sama sekali agar terbebas dari perdebatan atau konflik seputar keuangan keluarga.
Hati-hati bagi Anda yang suka tertutup dengan masalah keuangan dengan pasangan Anda. Jangan biarkan berlarut- larut. Ibarat efek bola salju, justru ketidaktegasan dalam penyelesaian masalah keuangan ini akan berdampak buruk bagi keberlangsungan keluarga Anda. Bahkan, saking rumitnya, tak sedikit pasangan yang menjadikan alasan keuangan ini untuk berpisah alias bercerai. So, daripada menjadi bahan pertikaian, lebih baik saling terbuka dan jujur saja, bukan? Dalam berumah tangga, keterbukaan diperlukan dalam segala hal, termasuk masalah keuangan.
Istri biasanya menuntut suami untuk terbuka tentang jumlah gajinya setiap bulan, begitu juga sebaliknya, sang istri juga harus pandai “berhitung” dalam mengelola keuangannya. Sedangkan untuk istri yang bekerja, idealnya ia juga melakukan hal sama seperti apa yang dipintanya kepada pihak suami agar rasa kebersamaan yang dijalankannya ini menjadi jauh lebih positif.
Menurut Ligwina Hananto, CEO Quantum Magna Financial, istri harus jujur tentang jumlah penghasilannya, sebagaimana suami yang jujur tentang jumlah penghasilannya setiap bulan. “Kita harus membantu suami jika penghasilan kita ternyata lebih besar. Jangan egois dengan mengatakan uangmu adalah uangku, tapi uangku adalah uangku sendiri. Penggabungan penghasilan suami dan istri itu berguna untuk memperbesar jumlah tabungan yang bisa disisihkan bagi masa depan anak,” jelas Ligwina.
Hilangkan Kebiasaan Buruk
Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran harian, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung bahkan berinvestasi?
Agar pengelolaan keuangan keluarga lebih terencana, Anda perlu menyusun anggaran alias rancangan bujet. Dari sini Anda bisa melihat dengan terperinci lalu lintas keluar-masuknya keuangan Anda. Untuk bagian ini, Anda diwajibkan melakukan perhitungan anggaran bersama pasangan.
Selain meningkatkan keharmonisan rumah tangga, cara ini terbilang ampuh untuk mengedukasi pasangan yang terbilang boros. “Sering kali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina. Sebenarnya mengatur keuangan keluarga tidaklah sulit. Kuncinya hanya masalah keterbukaan atau kejujuran, selebihnya biar kedisiplinan Anda dan pasangan dalam mengelola sistem penganggaran yang telah dibuat bersama ini.
Tip Mengelola Anggaran Bersama
Rencana keuangan yang realistis membantu Anda dan pasangan untuk bersikap objektif soal pengeluaran uang keluarga. Tak perlu terlalu ideal sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, berlibur bersama keluarga, dan membeli kebutuhan pribadi (shopping). Yang penting, anggarkan secara realistis keuangan keluarga Anda terlebih dahulu, dan patuhilah.
Berikut ini cara-cara sederhana untuk mengelola keuangan keluarga Anda.
- Pahami antara “Butuh” dan “Ingin” : Tak jarang kita suka membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong oleh rasa keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini, pertimbangkan dengan lebih matang benda atau hal yang perlu Anda beli atau tidak.
- Hindari Utang : Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi, bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan mengelola keuangan secara sehat. Mungkin Anda bisa memulainya dari hal yang paling sederhana, seperti tak memiliki utang.
- Meminimalkan Belanja Konsumtif : Pada kenyataannya, hal inilah yang sulit. Pertama-tama, yang harus Anda ingat adalah bahwa Anda telah terikat dengan yang namanya anggara keluarga, jadi jangan biarkan Anda terus bersikap konsumtif. Lucunya, kebanyakan pasangan justru hanya mampu menahan belanja konsumtif yang sifatnya “pengeluaran” besar, seperti belanja pakaian dan gadget. Sedangkan yang kecil seperti nongkrong di kafe atau restoran dengan teman-teman kantor, tak tertahankan, padahal Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain. Kebiasaan tersebut boleh saja Anda lakukan, asalkan hal itu tidak mengganggu keuangan keluarga Anda.
- Tetapkan Tujuan atau Cita-cita Finansial : Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur, dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus menjalankan rencana keuangan keluarga. Misalnya, bercita-cita membeli rumah atau kendaraan baru.
- Menabung : Anda dan pasangan perlu me-mindset hal ini. Usahakan setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
- Dana Darurat : Dalam penyusunan anggaran keuangan keluarga, pastikan Anda menyiapkan dana darurat. Sisihkan sekitar 20–30 persen dari penghasilan awal Anda, dan pisahkan dana ini ke dalam tabungan tersendiri. Ingat, karena sifatnya yang “darurat”, jadi tabungan ini hanya dapat digunakan dalam situasi genting.
- Berinvestasilah : Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membubung. Padahal cita-cita Anda dan keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk mulai berinvestasi. Takut akan risiko investasi? Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang andal
shared at WhatsApp family 2b WOW chapter 22
re-shared at lovelyboutcrazy.blogspot.com by Vee
No comments:
Post a Comment